Minggu, 27 Februari 2011

Sahabat yang Terluka

“hmm. Lebih lengkap yang mana ya?” ucap seorang anak perempuan cantik yang sedang memilih dua kamus besar di hadapannya.
“kamu beli yang berwarna merah saja, dari sejak aku kecil aku belajar dari kamus itu” saranku.
“dari kecil? Sekarang jago dong bahasa inggrisnya? Mau mengajariku? Sebagai imbalannya aku akan mengajari mu bahasa jerman. Setuju?” tawarnya.
“setuju. Namaku stella. Rumahku no. 57 tidak jauh dari toko buku ini. ” Aku memperkenalkan diri.
“Aku Sally. Aku juga. Rumah ku no.79”
Sejak saat itu kami menjadi teman baik. Bermain bersama, belajar bersama,  saling mangajari, saling mengiisi, saling manjaga dan saling menolong. Aku mahir berbahasa inggris, sedangkan sally mahir berbahasa jerman. Aku mahir bermain biola, sedangkan ia mahir barmain piano. Aku menguasai  ilmu beladiri, sedangkan ia mahir memilih pakaian. Dan kami saling mengajari kemampuan kami. Sally sangat cantik , sedangkan aku tomboy. warna mata kami sama, abu-abu, kami memang anak blasteran. Aku mendapat warna mata itu dari ayahku. Kita juga sama-sama beragama islam, namun sally tidak tahu apa itu shalat dan al-qur’an. Aku juga heran, tapi kita belajar mengaji dan shalat bersama. Dan kami juga sama-sama hobi membaca buku.
Hingga pada suatu hari di toko buku…
“Stella kamu mencari buku apa? Aku akan membantu mencarinya” tawar sally
“aku butuh buku yang membahas cara mengembangbiakan tanaman budidaya, guruku memberikanku tugas untuk menanam tanaman budidaya” Jawabku. Aku memedarkan pandanganku untuk mencari katalog ‘Biologi’. Namun yang kutangkap adalah bayangan seorang lelaki yang gagah yang tidak asing bagiku, ayahku.
“ayah?” aku berlari kecil kearahnya dan langsung memeluknya. Sally mengikutiku dibelakang.
“ apa kamu bilang? Ayah? Jadi kita sama-sama anak ayah?” raut muka sally berubah menjadi lebih gembira.
“kamu juga anak ayah?jadi selama ini anak dari istri simpanan ayah yang selalu membuat ibuku sedih adalah kamu?” aku langsung memasang muka kecewa.
 Aku berlari keluar toko dan menggapai sepedaku untuk kembali kerumah. Hatiku sakit seperti tertusuk ribuan pedang. Aku mengurung diri selama beberapa hari. Sally berkali-kali menelponku, mengirimiku sms dan beberapa kali datang kerumahku. Namun tidak ada satupun yang ku angkat dan ku balas dan  aku juga berpesan kepada ibuku untuk memberitahu sally bahwa aku tidak ingin digangu oleh siapapun.
TOK..TOK…TOK…. ibuku mengetuk pintu kamarku.
“stella, kamu jangan seperti ini terus dong. Kasihan sally. Kemarin ibu sudah membicarakan masalah ini dengan papa dan tante fitri. dan mama sudah memaafkan papa dan tante fitri, kok. Sekarang mama udah ga sedih lagi. Sekarang giliran kamu untuk memaafkan mereka. Sayang..” mama membujukku.
Tapi aku hanya diam saja. Hatiku sudah terlanjur membenci mereka. Dan aku berpikir untuk mengembalikan semua barang yang telah diberi oleh sally agar bisa melupakannya. Ya, selama ini kita selalu bertukaran hadiah setiap minggu. Semuanya terlihat seperti barang mahal, tidak seperti yang kuberikan padanya, meskipun murah, tetapi aku pikir cukup berguna untuknya . Dan sally pun selalu senang dengan semua yang aku berikan padanya.  aku memang berasal dari kalangan yang sederhana, sedangkan sally berasal dari kalangan cukup kaya, tapi dia selalu menerimaku apa adanya, dia memang teman yang baik. Namun aku masih tidak bisa memaafkannya.
Aku masukan semua barang-barangnya kedalam sebuah kotak dari kardus. Setelah semuanya selesai, aku mengikatkan kotak tadi ke belakang sepedaku, dan berangkat menuju rumah sally.
Aku menaruh sepeda disebrang jalan, lalu membawa kotak itu dan berjalan menuju rumah sally. Tepat didepan rumah sally, aku mendengar dan melihat di sebuah kaca rumahnya, mereka sedang bertengkar.aku  mengurungkan niat ku untuk mengetuk rumahnya.
“ma. Tolong jelaskan padaku, mengapa papa punya dua istri dan dua anak?” Tanya sally dengan tatapan serius
“sudahlah. Buang saja pertanyaan yang tidak penting seperti itu.” Jawab tante fitri ,mamanya sally, menyepelekan pertanyaan sally.
“selama ini mama selalu menutup-nutupi semuanya. Dan tau akibatnya? Aku yang jadi korban.” Kali ini suara sally meninggi dan bergetar.
PLAAKK. Mamanya menampar sally. Membuat hatiku kembali sakit. sally pun menangis. Dengan cepat mamanya memeluk sally, tanda menyesal.
“maafkaan mama sally, maafkan semua apa yang telah mama perbuat. Baik. Mama akan menceritakannya. Dulu mama adalah anak dari pengusaha ternama. Namun usaha mereka bangkrut, tak lama kemudian merekapun meninggal dalam kecelakan lalulintas. Setelah itu mama berusaha keras, namun pada akhirnya mama putus asa. Mama memilih menjadi perempuan tak bermoral di pinggir jalanan. mama menghentikan mobil papamu dan merayunya yang sedang mabuk. Dia pun membawa mama ke sebuah hotel. Mama baru sadar pagi harinya, sadar kalau perilaku itu dilarang tuhan dan mama tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi setelah pagi itu. Namun mama hamil. Setelah mengumpulkan seluruh keberanian, mama mencari papamu, dan pada saat itu mama sudah hamil 5 bulan. Dan tanpa pikir panjang papamu langsung menikahi mama. Karena itu kamu sering diejek ’anak haram’. Maafkan mama sayang. Lalu dengan berbekal ilmu yang diperoleh dari sma dan orangtua mama, yaitu bahasa jerman , mama diterima dengan mudah oleh perusahaan yang besar tempat mama bekerja saat ini. Karena itu mama memaksamu untuk belajar bahasa jerman dengan keras, agar kamu bisa meneruskan pekerjaan mama  ini”cerita mamanya panjang lebar.
“mama kenapa melakukan itu sih? Sama saja mama  merebut suami orang. Dan sekarang sally yang merasakan akibatnya. Saly selalu diejek dan merasa tertekan  dan sekarang, satu-satunya sahabat tebaik sally jadi membenci sally. semuanya gara-gara mama!”  Sally berlari ke luar dan membuka pintu depan dimana aku berdiri.
“Stella?” herannya.
“aku hanya ingin mengembalikan ini.” Dengan dingin aku menaruh kotak tersebut di depan sally dan langsung menyebrang tanpa lihat keadaan jalan.
“tunggu.. STELLA AWASSS!!!”
Pandanganku tiba-tiba gelap. aku tidak sadarkan diri.
(suara ambulans) aku terbangun ketika mendengar  ambulans datang.  Aku kira, aku sudah mati tertabrak. Aku melihat tubuhku, yang ada hanyalah sebuah memar dikepalaku. Lalu aku melihat kearah kerumunan orang. DIMANA SALLY??? Jantungku berpacu cepat, dan semua rasa campur aduk di dadaku. aku memastikannya.  Namun ambulans itu sudah pergi. Melihat ekspresi tante fitri, jantung ku terasa berhenti. Tak bisa aku menitikan air mata. Hatiku hampa --------------------------tepukan seseorang di pundakku membuatku sadar.
“Stella,  kamu ikut ke rumah sakit?” Tanya papa yang terlihat teguh.
Namun aku tak kuat untuk berkata-kata, aku hanya mengangguk. Aku, papa, mama, dan tante fitri masuk dalam mobil. Aku tak bisa berpikir apapun. Tatapanku kosong, tak percaya pada apa yang telah terjadi.
Sesampainya di rumah sakit aku tetap hampa. Hingga dokter mengizinkan kami menengok keadaan sally. Aku melihat sally yang biasanya ceria kini terbujur kaku. Air mataku turun deras tiba-tiba. Aku menggenggam kuat tangan sally untuk memberinya kekuatan. Tak lama kemudian, ada pergerakan mata sally. Ia berusaha untuk membuka mata, dan berusaha untuk menyampaikan sesuatu dengan susah payah.  Ku melihat bibirnya membentuk kata ‘M-A-A-F’ meski samar. Lalu monitor yang berada di samping tempat tidur dimana sally berbaringpun menunjukan garis lurus. TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT--------------
 “ G mungkin, g mungkin, g mungkin, Sally kamu masih hidupkan? Ayolah bertahan. Aku sudah memafkan mu kok . Sally ku mohon bertahan lah, jangan pergi !!!” aku menangis meraung-raung. Hatiku campur aduk. aku menyesal , kalau saja tadi aku tidak langsung pergi, kalau saja aku memaafkannya dengan mudah, tidak akan terjadi seperti ini.  Maafkan aku sally….
                Mama menenangkanku sampai aku dapat menerima semua yang telah terjadi.
                Esok  hari nya aku menghadiri acara pemakaman sally. Tanpa tangisan lagi dariku, kini aku tegar.
                “stella. Mungkin kamu harus membaca ini. Ini tante temukan di tempat sally tertabrak.” Kata tante fitri. Matanya sembab.
                “terimakasih tante.” Jawabku. Kulihat secarik kertas yang berlumuran darah itu. Lalu kubuka dengan tangan bergetar
                “Dear Stella,
Hi, apa kabar? Kita sudah lama tidak bertemu semenjak kejadian itu. Memaafkan aku dan ibuku memang tidak mudah bagimu. Aku tahu perasaan mu. Sakit . perasaanku pun begitu. Aku sangat menyayangimu, bahkan ketika tahu kamu adalah saudaraku aku sangat senang. Aku pikir dengan begitu kita akan menjadi lebih dekat. Hanya kamu satu-satunya yang menyayangiku. Namun kamu terlanjur menjauh dariku. Perasaanku kini sama seperti perasaanku dulu sebelum bertemu denganmu.  Sebelum bertemu denganmu aku bagaikan kapal yang selalu berlayar dalam badai tanpa kompas.
mamaku selalu bekerja dari pagi hingga tengah malam, dan dia tak pernah memelukku. Dia juga tidak pernah mengajariku agama, aku hanya tahu kalau agamaku islam. Ayahku mengunjungiku hanya pada hari ulang tahun ku dan itupun hanya datang untuk memberikanku hadiah dan pergi kembali tanpa berkata-kata. Semua tetanggaku  selalu mengejekku ‘anak haram’. Teman-temanku disekolah hanya memanfaatkan kekayaan dan kepintaranku saja.  aku tertekan dengan keadaan seperti itu. Aku sedih dan hatiku sakit. Setiap hari aku hanya mengurung diri di kamar untuk belajar, berlatih piano, atau menangis di balik bantal. Disekolah aku hanya duduk di pojok kelas, tak ada yang mau mengajakku bermain.  jika ditoko buku aku hanya mencari buku-buku yang aku perlukan dan langsung pulang. saat aku kecil aku selalu dipaksa untuk menguasai bahasa jerman oleh mamaku. Guru bahasa jermanku kasar dan pemarah dan jika aku tidak bisa atau tidak mau aku pasti dikurung dalam kamar behari-hari tanpa makanan dan mamaku tidak peduli saat itu. Bertahun-tahun aku hanya berjalan dalam tekanan, kegelapan, kehampaan dan keputusasaan. Bahkan aku sempat memikirkan ‘kenapa aku dilahirkan di dunia yang kelam ini yang berisi orang-orang yang tidak berperikemanusiaan?’
Namun aku menemukan sebuah cahaya. Cahaya yang menghangatkan, membuatku bahagia dan menunjukanku jalan yang lurus. Cahaya yang mengajariku banyak ilmu. Cahaya yang mengajariku  arti hidup dan siapa itu tuhan. Cahaya yang mengajariku shalat dan membaca al-qur’an. Cahaya itu adalah kamu. Pertemuan kita di toko buku mengubah diriku dan hatiku. Kamu begitu baik, perhatian, dan selalu berusaha untuk menolongku. Sifatku yang tadinya selalu murung menutup diri dan tidak bersemangat, berubah menjadi sally yang ceria, terbuka, dan selalu optimis. Aku menyayangimu melebihi apapun. Kamulah yang memelukku pertama kali ketika kamu mengajakku keatap gedung  kantor mamaku  yang merupakan gedung tertinggi di kota ini. Bahkan selama ini aku tidak tahu kalau ada pemandangan yang sangat indah diatas sana. Karenamu juga aku mengerti, aku bukanlah anak haram, semua anak yang dilahirkan ke bumi itu semuanya suci. Yang haram adalah perbuatan orangtuaku dulu. Dan kata-kata yang pernah terucap oleh mulutmu membuatku selalu optimis ‘sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (al-insyirah 5-6), dan sesungguhnya Allah SWT tidak pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya’, aku tahu semua masa-masa sulitku sudah aku lewati dan aku mampu melewatinya, dan kini aku melewati masa-masa mudahku bersamamu. Meski sekarang kamu tidak ada lagi disampingku, tapi aku mencoba untuk bertahan. Tak seperti dulu, kini setidaknya masih ada secuil iman yang menempel dalam hatiku. Dan karna mu aku selalu berusaha. Kini aku tahu hidup ini adalah ibadah, dan aku tak tahu kapan aku mati.
Kamu tidak perlu memaafkanku kalau itu begitu menyakitkan bagimu. Aku hanya ingin berterimakasih atas semua kejadian yang tak terlupakan bersamamu. Terimakasih karna telah membawakan kebahagiaan yang begitu besar untukku. Terimakasih karena telah membuatku mengenal  islam yang begitu indah . lupakan saja aku dan teruslah berjuang untuk masa depanmu, jadilah sukses, tentu aku akan sangat senang dan bangga kanmu karnamu.
               
                                                                                                Yang selalu ingin berusaha


                                                                                                                  Sally"

Aku kembali menangis, tak kusangka ternyata perjalanan hidupmu begitu sangat menyakitkan. Hidupku lebih beruntung daripadamu, aku mendapat cinta dari kedua orangtuaku. Tak ada gunanya aku membencimu justru hanya akan menyikiti diriku dan dirimu. Maafkan aku karna telah membencimu dan semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat yang terbaik. Aamiin