Selasa, 15 Februari 2011

Membeli Waktu Papa



Ada sebuah keluarga yang tinggal di salah satu sudut Jakarta. Ayahnya yang bernama Steven adalah seorang karyawan perusahaan yang cukup terkenal di Jakarta, ia memiliki dua putra. Putra pertama baru berusia 6 tahun bernama Leo dan putra kedua berusia 2 tahun bernama kristian.
                Pukul 21.00, Leo dan bi Yati berdiri di gerbang rumah menyambut Steven yang baru pulang kerja.

Steven  :”Kok Leo belum tidur? Biasanya Leo sudah tidur sebelum papa pulang dari kantor dan baru bangun menjelang papa berangkat ke kantor.” (mencium anaknya)
Leo         :”Leo menunggu papa pulang, Leo mau Tanya, gaji papa itu berapa sih pa?” (membuntuti papanya)
Steven  :”Ada apa nih, kok tanya gaji papa segala?”
Leo         :”Leo cuma pengen tahu aja kok pa.”
Steven  :”Baiklah, coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa sehari digaji Rp600,000, nah… selama sebulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Coba hitung berapa gaji papa sebulan?”
Leo         :”Sehari papa kerja berapa jam pa?”
Steven  :”Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, papa mau lepas sepatu dulu.” (melepas sepatunya dan meminum teh hangat buatan istri tercintanya)
Leo         :”tunggu sebentar ya pa, aku mau menghitungnya dulu,” (berlari ke maja belajarnya dan sibuk mencorat-coret dalam kertasnya menghitung gaji papanya.)”Kalau begitu, satu bulan papa digaji Rp15,000,000 ya pa? dan satu jam papa digaji Rp60,000.” (membuntuti papanya yang beranjak masuk ke kamar)
Steven  :”Nah, pintar kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu bobo.” (perintahnya sambil mengganti pakainnya)(Leo tetap membuntuti dan memandangi papanya)
Leo         :”Pa, boleh tidak Leo pinjam uang papa Rp5,000 saja?” (bertanya dengan hati-hati sambil menundukan kepala)
Steven  :”Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa malam-malam begini. Kalau mau uang besok saja. Papa kan capek mau mandi dulu. Sekarang Leo tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!”(mengulang perintahnya)
Leo         :”Tapi pa….”
Steven  :”Leoo!! Papa bilang tidur!” (membentak Leo)(Leo terkejut dan beranjak menuju kamarnya)

Di kamar Leo..
Setelah mandi, Steven menengok kamar anaknya dan menjumpai Leo belum tidur. Leo sedang terisak sambil memegangi sejumlah uang. Steven tampak menyesal dengan bentakannya.

Steven  :”maafkan papa ya nak. Papa sayang sekali pada Leo,”(memegang kepala Leo pelan, lalu menatap Leo dengan penuh kasih dan ikut berbaring disampingnya) ”Nah katakan pada papa, untuk apa sih perlu uang malam-malam begini. Besok kan bisa? Jangankan Rp5,000, lebih banyak dari itu pun papa kasih.”
Leo         :”Leo nggak minta uang papa kok, Leo Cuma mau pinjam. Nanti akan Leo kembalikan, kalau Leo udah nabung lagi dari uang jajan Leo.”
Steven  :”iya, tapi untuk apa Leo?” (bertanya dengan lembut)
Leo         :”Leo udah nunggu papa dari sore tadi, Leo nggak mau tidur sebelum ketemu papa. Leo pengen ngajak papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo ingin membeli waktu papa.”
Steven  :”lalu?” (bertanya dengan penuh perhatian dan terlihat belum mengerti)
Leo         :”tadi Leo membuka tabungan, ada Rp25,000. Karna papa bilang satu jam papa dibayar Rp60,000, maka untuk setengah jam berarti Rp30,000. Uang tabungan Leo kurang Rp5,000. Leo ingin pinjam pada papa. Leo ingin membeli waktu papa setengah jam saja, untuk menemani Leo ular tangga. Leo rindu pada papa.” (mengatakan dengan polos dan masih menyisakan isakanya yang tertahan.) (Steven terdiam dan kehilangan kata-kata lalu memeluk Leo erat-erat)

Leo telah menyadarkan papanya. Kini Steven mengerti, bahwa cinta itu bukan hanya sekedar ungkapan kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan kepedulian. Sekarang  Ia mulai belajar untuk mengatur waktu kerjanya agar bisa lebih lama bermain bersama dengan Leo, kristian dan istri tercinta. Dan hidup bahagia bersama keluarganya.

---Tamat---